Dalam tahap identifikasi biometrik dapat mengidentifikasi individu-individu berdasarkan perbedaan lingkup karakteristik behaviour/psikologi (biometrik identifier). Hal ini dimungkinkan bahwa karakteristik psikologi/behaviour setiap manusia berbeda-beda. Selain itu identifier biometrik dianggap lebih reliable dibandingkan berdasarkan pemasukan token dan pengenalan knowledge.
Mekanisme sistem
biometrik dapat digambarkan dengan beberapa fase :
1.
Fase Penggolongan (enrollment).
Pada fase ini masukan
akan di pindai (scan) oleh sensor biometrik, yang merupakan representasi
karakteristik digital.
2.
Fase Pencocokan.
Dalam fase ini inputan
database akan dicocokkan dengan identifikasi data. Dapat dimungkinkan adanya
reduksi, sehingga dihasilkan representasi digital. Hasil ini akan diproses
dengan ekstraktor ciri untuk menghasilkan suatu representasi yang ekspresif dalam
bentuk template. Bergantung aplikasinya template dapat disimpan dalam database
di sistem biometrik atau dapat direkam pada kartu magnetik (atau smartcard).
3.
Fase Pengenalan.
Karakteristik individu dibaca oleh
pembaca biometrik (reader). Selanjutnya dikonversi dengan format digital, untuk
diproses sebagai ekstraktor ciri (template). Hasil template ini selanjutnya
dicocokkan dengan identifikasi individu.
Sistem biometrik belumlah sempurna,
karena suatu saat masih dapat melakukan kesalahan dengan menerima impostor
sebagai invidu yang juga valid (terjadi kesalahan pencocokan), sebaliknya
terjadi penolakan terhadap individu yang valid (terjadi kesalahan
ketidakcocokan). Untuk menjamin terhindarnya kesalahan seperti itu, sesuai
referensi memadukan ciri biometrik wajah dengan ucapan, serta dari referensi
memadukan biometrik wajah dengan ciri tanda-tangan. Selain itu dalam
penerapannya ukuran database template sangatlah besar, bahkan dalam database
perbankan pusat pernah terjadi bottleneck saat proses identifikasi.
Selain beberapa hal yang harus diperhatikan dari mekanisme ini adalah masalah kinerja (dalam mekanisme ini berupa akurasi sistem, kecepatan, kehandalan) perlu mempertimbangkan juga adanya resource, faktor-faktor operasional dan pengembangan, dsb. Hal ini akan berpotensi sebagai kendala teknis. Selain itu adalah akseptabilitas (daya terima pengguna) akan mendorong keyakinan user terhadap akurasi dan kecepatan. Serta aspek circumvention yaitu aspek kemudahan sistem yang tidak bergantung alat, mekanisme operasional, dsb.
Selain beberapa hal yang harus diperhatikan dari mekanisme ini adalah masalah kinerja (dalam mekanisme ini berupa akurasi sistem, kecepatan, kehandalan) perlu mempertimbangkan juga adanya resource, faktor-faktor operasional dan pengembangan, dsb. Hal ini akan berpotensi sebagai kendala teknis. Selain itu adalah akseptabilitas (daya terima pengguna) akan mendorong keyakinan user terhadap akurasi dan kecepatan. Serta aspek circumvention yaitu aspek kemudahan sistem yang tidak bergantung alat, mekanisme operasional, dsb.
A. Face Recognition
Sistem Face
Recognition adalah sebuah solusi identifikasi wajah dan pengenalan wajah.
Sistem ini dapat diterapkan baik dalam lingkungan web maupun dalam aplikasi
desktop yang menggunakan wajah sebagai autentikasinya atau pengenalan dan
identifikasi wajah otomatis. Dapat berjalan dalam lingkungan 32 bit maupun 64
bit, dapat dengan mudah diintegrasikan atau dirubah sesuai dengan kebutuhan,
yang dapat memberikan keleluasaan dalam implementasi dan integrasi dengan
software yang telah ada sebelumnya. Sistem ini dapat bekerja dengan wajah
secara keseluruhan maupun dengan fitur wajah, mampu mengenali wajah dalam
gambar atau photo dan real-time video stream, juga dapat digunakan untuk
pembuatan aplikasi yang lebih luas, dari yang paling sederhana, penghilangan
efek red-eye sampai dengan solusi login biometrik.
B. Facial
Feature Detection
Sistem ini
menggunakan dan menerapkan algoritma yang mutakhir untuk melakukan pendeteksian
fitur wajah secara reliabel. Memproses gambar, mendeteksi wajah manusia yang
ada di dalam gambar, dan kemudian memberikan koordinat dari 66 titik fitur
wajah, termasuk mata, bentuk mata, alis, bentuk mulut, ujung hidung dan lain
sebagainya.
C. Authentification
C. Authentification
1.
Foto wajah disimpan dalam database
komputer.
2.
Komputer mengiris-iris foto itu
menjadi kotak-kotak kecil.
3. Detail titik-titik di dalam setiap
irisan diolah dengan metode algoritma menjadi data matematis.
4.
Sistem analisis membedakan garis,
pori-pori, dan tekstur wajah yang aktual, hingga dapat membedakan kembar
identik sekalipun.
5.
Data disimpan untuk dikonfirmasi
dengan input data yang ingin dicocokkan.
Referensi: Makalah Fahri Ramadhan Hasibuan PTI IF 1 B UIN SGD Bandung 2014
0 komentar:
Posting Komentar